1

ILMU SOSIAL DASAR Pert 4, Pertentangan Sosial dan Integrasi Sosial, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan, Agama dan Masyarakat

       A.     PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL
1.      Perbedaan Kepentingan, Prasangka, Diskriminasi & Ethosentris
Perbedaan kepentingan, merupakan sifat yang naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Maksud dari perbedaan kepentingan dikarenakaan adanya perbedaan pendapat atau kepentingan seseorang yang berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan kepentingan tersebut kadang juga bisa menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai atau sebaliknya berakhir secara anarkis. Namun jika dicermati, perbedaan kepentingan dapat disiasati dengan saling bertoleransi dan meningkatkan solidaritas antar masyarakat agar bisa tetap hidup berdampingan dalam suasana yang harmonis.
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya dapat melakukan tindakan diskriminasi terhadap hal yang prasangkanya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung dan tidak luwes.
2.      Pertentangan Sosial dalam Masyarakat
Pertentangan social dalam masyarakat dapat timbul karena adanya konflik yaitu suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan. Konflik tersebut terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat :
a.     Pada taraf dalam diri seseorang atau individu, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam diri seseorang, contoh kasus: sesorang yang emosi yang meluapkan emosinya dengan cara yang salah sehingga mengakibatkan terjadinya konflik antara individu lainnya.
b.  Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka, contoh kasus: terjadinya perkelahian kelompok, ras, atau semacamnya dengan kelompok lainnya dikarenakan adanya perbedaan yang tidak menemukan solusinya.
c.    Para taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
3.      Pengertian Integrasi Sosial dan Integrasi nasional
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Integrasi nasional adalah kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan. Integrasi nasional akan lahir jika integrasi sosial dalam masyarakat berjalan dengan baik. Kesempurnaan dalam integrasi sosial sebuah masyarakat akan membentuk kekuatan suatu bangsa. Perbedaan pendapat, keyakinan, suku, ras dan budaya dapat diatasi dengan tingginya solidaritas dan tenggang rasa antar masyarakat.
4.     Contoh Kasus tentang Integrasi Sosial
Perbedaan pendapat dan keyakinan dapat menjadi penyebab timbulnya kasus dalam integrasi sosial. Akhir-akhir ini banyak terjadi perselisihan antar umat beragama. Banyak terjadi kasus bom yang melanda di Indonesia pada saat ini. Sebagai contoh kasus bom di Bali. Kasus tersebut langsung membuat kaget seluruh masyarakat Indonesia. Kejadian yang membuat kaget seluruh Indonesia tersebut sudah membuat persaudaraan antar umat beragama berjalan agak kurang baik. Kejadian seperti inilah yang seharusnya di tindak tegas oleh pemerintah. Keamanan harus lebih ditingkatkan karena akan membuat persaudaraan antar umat beragama semakin renggang. Selain itu, dari masing-masing individu juga seharusnya memiliki solidaritas tinggi dan tenggang rasa antar masyarakat, sehingga kasus yang seperti ini seharusnya dapat dihindarkan.
5.     Contoh Kasus tentang Integrasi Nasional
Perbedaan suku, ras, dan budaya dapat menjadi penyebab timbulnya kasus dalam integrasi nasional. Sebagai contoh di Kalimantan pada tahun 2000an, perang antar kelompok kembali terjadi. Dua kelompok,  yang dikenal dengan perang sampit yang melibatkan kelompok dari suku dayak dan kelompok suku madura, terlibat pertikaian hanya karena masalah selisih paham yang kurang jelas.

       B.     ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
1.       Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mohamad Hatta mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. “Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri.
2.       Pengertian Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Teknologi menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode, dan cara untuk memperoleh hasil yang distandarisasi dan diperhitungkan sebelumnya. Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi. Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah.
3.       Ciri-ciri Fenomena Teknik dalam Masyarakat
Fenomena teknik pada masyarakat masa kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b.      Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.       Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis  menjadi kegiatan teknis.
d.      Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
e.       Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f.        Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.       Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
4.       Ciri-ciri Teknologi Barat
a.       Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
b.      Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
c.       Kosmologi atau pandangan teknologi Barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain.
5.       Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup gambaran kekurangan materi dan kebutuhan sosial.
6.       Ciri-ciri Manusia Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Manusia dikatakan berada di bawah garis kemiskinan  apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
a.       Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
b.      Posisi  manusia dalam lingkungan sekitar.
c.       Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Berdasarkan ukuran ini, maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
b.      Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
c.       Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai SD.
d.      Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
e.       Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
7.       Fungsi Kemiskinan
Jika kita menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis), maka kemiskinan memiliki sejumlah fungsi:
a.      Fungsi ekonomi: penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas.
b.    Fungsi sosial: menimbulakan kebaikan spontan dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya badan amal.
c.      Fungsi kultural: sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
d.     Fungsi politik: sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling bersaing  bagi kelompok lain.

        C.      AGAMA DAN MASYARAKAT
1.       Fungsi Agama dalam Masyarakat
Ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari dalam mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia.
Manusia yang berbudaya, menganut berbagai nilai, gagasan, dan orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku, bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi di mana peranan dipaksa oleh sanksi positif dan negatif serta penolakan penampilan, tapi yang bertindak, berpikir dan merasa adalah individu itu sendiri.
Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial agama terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, sampai konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi oleh nilai-nilai duniawi, tapi tidak menguntik hakikat apa yang ada di luar atau referensi transdental.
Aksioma teori di atas adalah, segala sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya. Teori tersebut juga memandang kebutuhan “sesuatu yang mentransendensikan pengalaman” sebagai dasar dari karakteristik eksistensi manusia. Hali itu meliputi, Pertama, manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian juga hal penting bagi keamanan dan kesejahteraannnya berada di luar jangkauan manusia itu sendiri. Kedua, kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya adalah terbatas, dan pada titik tertentu akan timbul konflik antara kondisi lingkungan dan keinginan yang ditandai oleh ketidakberdayaan. Ketiga, manusia harus hidup bermasyarakat di mana ada alokasi yang teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, dan ganjaran.
Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan; dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.
1)    Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat ialah memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Contohnya adalaha sistem kredit dalam masalah ekonomi, di mana sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi bergantung pada kepercayaan yang terjalin antar manusia, bahwa mereka akan memenuhi kewajiban bersama dengan jenji sosial mereka untuk membayar. Dalam hal ini, agama membantu mendorong terciptanya persetujuan dan kewajiban sosial dan memberikan kekuatan memaksa, memperkuat, atau mempengaruhi adat-istiadat.
2)  Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka norma pun dikukuhkan dengan sanksi sakral. Sanski sakral itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi, supramanusiawi, dan ukhrowi.
3)  Fungsi agama di sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan mereka.
4) Fungsi agama sebagai sosialisasi individu adalah, saat individu tumbuh dewasa, maka dia akan membutuhkan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitasnya dalam masyarakat. Agama juga berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua tidak akan mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan kontinu.
2.       Dimensi Komitmen Agama
1)    Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan komitmen keagamaan melalui tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri manusia yang menyatakan keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2)    Dimensi Keyakinan
Dimensi Keyakinan atau yang biasa disebut doktrin merupakan dimensi yang paling mendasar dari agama karena menjelaskan seberapa besar manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang dianut dan menerima hal – hal yang ada di dalam agama mereka.
3)    Dimensi Pengalaman
Dimensi Pengalaman memperhitungkan bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu  yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan dengan suatu perantara yang supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.
4)    Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan adalah dimensi yang dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
5)    Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan tentang dunia mental dan emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai suatu agama serta takut bila tak menjadi orang yang beragama.
6)    Dimensi Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan tentang tingkah laku seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena tingkah laku yang dimaksud adalah hal – hal yang terjadi di dalam kehidupan sehari – hari dan muncul akibat motivasi dari agama mereka.
3.       Sebutkan 3 Tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat
1) Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral atau masyarakat yang terisolasi.
2) Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang yang tak terisolasi.
3)     Masyarakat yang bisa terisolasi dan bisa juga tak terisolasi.
4.       Definisi Pelembagaan Agama
Lembaga agama adalah suatu organisasi yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Pengertian pelembagaan agama itu sendiri ialah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur, dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi-dimensi ini dapat diterima sebagai dalil atau dasar analitis, tapi hubungan antara empat dimensi itu tidak dapat diungkapkan tanpa data empiris.
5.       Contoh Kasus Konflik tentang Agama Yang Ada dalam Masyarakat
Perbedaan konsepsi di antara agama-agama yang ada adalah sebuah realitas, yang tidak dapat dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan bahkan benturan konsepsi itu terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang konsepsi  tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama.
Konflik Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai  tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang  banyak dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini.Perang Salib (1096-1271) antara umat Kristen Eropa dan Islam, pembantaian umat Islam di Granada oleh Ratu Isabella ketika mengusir Dinasti Islam terakhir di Spanyol, adalah konflik antara Islam dan Kristen yang terbesar sepanjang sejarah. Catatan ini, mungkin akan bertambah panjang, jika intervensi Barat (Amerika dan sekutu-sekutunya) di dunia Islam dilampirkan pula di sini. Umat Islam dipandang sebagai umat yang radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran yang  boleh jadi terdapat pada umat islam sementara umat Kristen dipandang sebagai umat yang agresif dan ambisius yang bertendensi menguasai segala aspek kehidupan. Kasus-kasus yang seperti inilah dari contoh tidak adanya saling menghargai dan toleransi sesama umat beragama. Seharusnya kasus konflik yang seperti ini tidak terjadi lagi dalam era modern seperti sekarang. Hal ini hanya akan menimbulkan hambatan-hambatan dalam kehidupan masing-masing masyarakat, dimana seharusnya masyarakat saling membantu untuk memajukan bangsa, bukan saling menghancurkan. Sesungguhnya sikap yang seperti itu hanya akan memperburuk keadaan bangsanya.

Sumber :




 
Copyright © RPPB61294